Bengawan Solo Meluap
Bojonegoro Siaga Tiga Banjir
(Radar Bojonegoro, 11 Maret 2008)
Satuan Pelaksana Penanggulangan Banjir dan Pengungsi (Satlak-PBP) menetapkan Bojonegoro siaga III (siaga paling tinggi). Menyusul naiknya meluapnya Bengawan Solo akibat, hujan deras yang mengguyur sejumlah kota di hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Kita sudah resmi menetapkan siaga III. Air sungai Bengawan Solo terus meningkat tajam, dari Senin pagi hingga siang ini,? ujar Pudjiono, Koordinator Satlak PBP Senin (10/3) siang.
Acuan status siaga tiga ini, merujuk pantauan dari alat ukur aliran sungai di Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro hingga Senin pukul 13.00 telah menunjukkan angka 29,78 phielschal (siaga III) angka. Angka ini meningkat dibanding satu jam sebelumnya yang hanya 29,73 phielschal. Sementara di Kota Bojonegoro juga sudah menunjukkan angka 14, 35 phieschal dari angka satu jam sebelumnya 14,24 phielschal. ?Jika sudah mendekati angka 14,50 statusnya sudah siaga III. Itu artinya siaga banjir,? tegas Pudjiono.
Di beberapa daerah yang dilewati Bengawan Solo, air sudah menggenang di perumahan penduduk sekitar 0,5 meter. Di Cepu, Blora, misalnya, sejumlah perkampungan lebih dari 125 rumah terendam banjir, seperti di kampong Kebun Kelapa, kampung pinggiran berikut di Cepu Kidul, Kelurahan Cepu. Kemudian di Balun Gendeng, Janar, dan Nganjuk, air juga sudah menggenangi air dengan ketinggian sekitar 0,5 meter. Warga Cepu dan sekitarnya kini sudah mulai mengungsi. Mereka takut, banjir seperti awal tahun 2008, dimana peningkatan airnya meningkat tajam.
Di beberapa desa di Kecamatan Padangan, Kecamatan Kalitidu, dan Kecamatan Trucuk, warga juga sudah siap-siap untuk mengungsi. Warga Desa Padangan, seperti di Kalangan, Kuncen dan Dengok, juga sudah was-was. Mereka pada Senin siang, sudah siap-siap mengepak barangnya untuk diungsikan. Tercatat di Padangan ada sekitar 80 rumah yang kini sudah terendam banjir. ?Arus air Bengawan Solo, deras. Persis seperti banjir Akhir tahun lalu,? tegas Juwariah, warga Kalangan, Padangan.
Rasa was-was banjir Bengawan Solo juga mendera warga Ledok Kulon, Kota Bojonegoro. Daerah ini menjadi langganan banjir, mengingat posisi kampungnya sebagian besar di dalam tanggul. Air sudah mengenangi rumah penduduk sekitar 0,3 meter. Tetapi, air terus naik dan diperkirakan pada Senin, malam akan meningkat mengingat posisi air turun dari hulu ke hilir.
Pihak Satlak PBP Bojonegoro sudah mempersiapkan sedikitnya 27 perahu karet, tiga dapur umum berikut obat-obatan dan tenda darurat. Menurut Pudjiono, persiapan ini dilakukan setelah melihat alat ukur ketinggian air Bengawan Solo meningkat tajam.
Sementara itu, Pihak Perum Jasa Tirta 1 Malang yang menangani wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, akan memasang alat alat peringatan dini banjir. Daerah yang akan dipasang alat peringatan, di antaranya di daerah aliran Bengawan Solo di Karang Nongko, Ngraho?yang berjarak sekitar 45 kilometer arah barat daya Kota Bojonegoro.
Meluapnya banjir susulan Bengawan Solo, juga membuat pihak Balai Pengelolaan Sumber Daya Air eks-Karesidenan Bojonegoro, untuk terus memantau tanggul yang ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Widang, Tuban. Pasalnya, akibat banjir Bengawan Solo, akhir Dsember 2007, tanggul sepanjang 215 meter, hingga kini belum dibenahi. Untuk penanggulangan sementara, hanya ditutup dengan pasir dari kantong plastik. Luberan banjir akibat tanggul jebol juga mengancam sedikitnya 12 desa di kecamatan itu. (Sumber : Tempo Interaktif)
Satuan Pelaksana Penanggulangan Banjir dan Pengungsi (Satlak-PBP) menetapkan Bojonegoro siaga III (siaga paling tinggi). Menyusul naiknya meluapnya Bengawan Solo akibat, hujan deras yang mengguyur sejumlah kota di hulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.
Kita sudah resmi menetapkan siaga III. Air sungai Bengawan Solo terus meningkat tajam, dari Senin pagi hingga siang ini,? ujar Pudjiono, Koordinator Satlak PBP Senin (10/3) siang.
Acuan status siaga tiga ini, merujuk pantauan dari alat ukur aliran sungai di Karang Nongko, Kecamatan Ngraho, Bojonegoro hingga Senin pukul 13.00 telah menunjukkan angka 29,78 phielschal (siaga III) angka. Angka ini meningkat dibanding satu jam sebelumnya yang hanya 29,73 phielschal. Sementara di Kota Bojonegoro juga sudah menunjukkan angka 14, 35 phieschal dari angka satu jam sebelumnya 14,24 phielschal. ?Jika sudah mendekati angka 14,50 statusnya sudah siaga III. Itu artinya siaga banjir,? tegas Pudjiono.
Di beberapa daerah yang dilewati Bengawan Solo, air sudah menggenang di perumahan penduduk sekitar 0,5 meter. Di Cepu, Blora, misalnya, sejumlah perkampungan lebih dari 125 rumah terendam banjir, seperti di kampong Kebun Kelapa, kampung pinggiran berikut di Cepu Kidul, Kelurahan Cepu. Kemudian di Balun Gendeng, Janar, dan Nganjuk, air juga sudah menggenangi air dengan ketinggian sekitar 0,5 meter. Warga Cepu dan sekitarnya kini sudah mulai mengungsi. Mereka takut, banjir seperti awal tahun 2008, dimana peningkatan airnya meningkat tajam.
Di beberapa desa di Kecamatan Padangan, Kecamatan Kalitidu, dan Kecamatan Trucuk, warga juga sudah siap-siap untuk mengungsi. Warga Desa Padangan, seperti di Kalangan, Kuncen dan Dengok, juga sudah was-was. Mereka pada Senin siang, sudah siap-siap mengepak barangnya untuk diungsikan. Tercatat di Padangan ada sekitar 80 rumah yang kini sudah terendam banjir. ?Arus air Bengawan Solo, deras. Persis seperti banjir Akhir tahun lalu,? tegas Juwariah, warga Kalangan, Padangan.
Rasa was-was banjir Bengawan Solo juga mendera warga Ledok Kulon, Kota Bojonegoro. Daerah ini menjadi langganan banjir, mengingat posisi kampungnya sebagian besar di dalam tanggul. Air sudah mengenangi rumah penduduk sekitar 0,3 meter. Tetapi, air terus naik dan diperkirakan pada Senin, malam akan meningkat mengingat posisi air turun dari hulu ke hilir.
Pihak Satlak PBP Bojonegoro sudah mempersiapkan sedikitnya 27 perahu karet, tiga dapur umum berikut obat-obatan dan tenda darurat. Menurut Pudjiono, persiapan ini dilakukan setelah melihat alat ukur ketinggian air Bengawan Solo meningkat tajam.
Sementara itu, Pihak Perum Jasa Tirta 1 Malang yang menangani wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo, akan memasang alat alat peringatan dini banjir. Daerah yang akan dipasang alat peringatan, di antaranya di daerah aliran Bengawan Solo di Karang Nongko, Ngraho?yang berjarak sekitar 45 kilometer arah barat daya Kota Bojonegoro.
Meluapnya banjir susulan Bengawan Solo, juga membuat pihak Balai Pengelolaan Sumber Daya Air eks-Karesidenan Bojonegoro, untuk terus memantau tanggul yang ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Widang, Tuban. Pasalnya, akibat banjir Bengawan Solo, akhir Dsember 2007, tanggul sepanjang 215 meter, hingga kini belum dibenahi. Untuk penanggulangan sementara, hanya ditutup dengan pasir dari kantong plastik. Luberan banjir akibat tanggul jebol juga mengancam sedikitnya 12 desa di kecamatan itu. (Sumber : Tempo Interaktif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar